This is featured post 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.


2 komentar




BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Sejak awal 1900-an, natrium benzoat (C7H5O2Na) telah digunakan sebagai pengawet makanan. Hal ini digunakan dalam berbagai aplikasi pengawet karena aksi antimikroba yang dikombinasikan dengan toksisitas rendah dan rasa rendah. Mulai non-karbonasi minuman bersoda, buah dan jus buah, sirup, buah zaitun, acar dan lain-lain. Natrium benzoat (C7H5O2Na) juga banyak digunakan dalam sejumlah produk yang kita konsumsi melalui penggunaan sehari-hari. Oleh karena itu, wadah harus tetap tertutup saat tidak digunakan. Natrium benzoat (C7H5O2Na) ini mudah larut dalam air, membentuk warna, solusi transparan. Umumnya, natrium benzoat (C7H5O2Na) terdaftar sebagai GRAS (umumnya diakui sebagai aman) oleh FDA AS saat digunakan sebagai agen antimikroba atau sebagai bahan penyedap dan tambahan dalam tingkat tidak melebihi praktek manufaktur yang baik (GMP).
Natrium benzoat (C7H5O2Na) diproduksi dengan menetralisasi dari asam benzoat dengan sodium hidrosida. Dunia mulai memproduksi sodium benzoate tahun 1997 yang diperkirakan sekitar 55000-60000 ton. Produsen sodium benzoate terbesar adalah Netherlands, Estonia, Amerika Serikat, dan Cina. Walaupun tidak disosialisasikan asam benzoat agen yang efektif untuk antimikrobia untuk tujuan pengawetan, sodium benzoate lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya. Pasar utama dari sodium benzoate adalah dalam pengawetan soft drink, minuman sirup fruktosa jagung yang tinggi, sodium benzoate jarang digunakan sebagai pengawet dalam acar, saus, dan jus buah. Sodium benzoat juga digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0% dalam larutan obat) dan mengobati cara hidup dalam perlakuan dari pasien dengan peredaran urea enzymopathies (Wibbertmann et al., 2000). Asam benzoat dan sodium benzoate atau yang dikenal dengan Natrium benzoat (C6H5COONa) secara luas dapat diterapkan sebagai bahan pengawet dalam sejumlah produk yang dikonsumsi oleh manusia (Ibekwe et al., 2007).
Keberadaan bahan pengawet pada bahan makanan tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan untuk mencegah atau menghambat terjadinya kerusakan atau pembusukan minuman atau makanan. Dengan penambahan pengawet tersebut, produk minuman diharapkan dapat terpelihara kesegarannya. Namun, produsen hendaknya tidak menambahkan dua jenis makanan itu sesuka hati, karena bahan pengawet ini akan jadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan.
Bahan pengawet benzoat banyak digunakan sebagai pengawet salah satunya digunakan pada minuman soft drink. Meski kandungan bahan pengawet tersebut umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus tentu akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Dampak lain dari bahan pengawet minuman adalah kanker, dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul efek samping berupa edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma lantaran pengikatan air oleh natrium (Fadliwdt, 2007). Maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pengawet benzoat pada minuman jenis soft drink.

I.2 Rumusan Masalah
            1. Apakah Natrium Benzoat itu?
            2. Berapakah kadar Natrium Benzoat dalam makanan?
            3. Mengapa minuman perlu diawetkan?Amankah?
4. Sebutkan contoh produk yang mengandung Natrium Benzoat? Bagaimana cara     proses pembuatannya?
5. Apakah semua bahan pengawet itu berbahaya?



I.3 Tujuan
            1. Untuk mengetahui apa itu Natrium Benzoat
            2. Untuk mengetahui bahaya yang terkandung dalam Natrium Benzoat
3. Untuk mengetahui apakah softdrink yang kita minum itu sehat.
4. Untuk mengetahui kadar Natrium Benzoat dalam makanan ataupun minuman bersoda.

I.4 Metode Penulisan
       Penulisan makalah ini berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan dari berbagai sumber seperti buku, internet, chemdat, katalog alat, dan referensi lainnya untuk menambah bahan pengetahuan dan pemahaman mengenai materi bahan kimia natrium benzoat.











BAB II PEMBAHASAN

1.      Apa Natrium Benzoat itu?

Garam atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH) secara komersial dibuat dengan sintesis kimia. Bentuk aslinya asam benzoat terjadi secara alami dalam gum benzoin. Rumus kimia natrium benzoat yaitu C7H5NaO2. Banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran. Termasuk kedalam zat pengawet organik. Produk pangan yang banyak menggunakan natrium benzoat sebagai pengawet adalah minuman ringan serta produk minuman yang terbuat dari buah. Berwarna putih, granula tanpa bau atau hampir bau, bubuk kristal atau serpihan. Lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat dan juga dapat larut dalam alkohol. Benzoat efektif pada pH 2.5-4.0. Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang optimum pada pH 2.5-4.0, menghambat pertumbuhan kapang dan khamir (pengawet).
Aturan pemakaian 0.05%-0.10% (500-1000 ppm).
Tingkat peracunan natrium benzoat (C7H5NaO2) pada hewan percobaan tikus adalah LD50 (50% hewan percobaan mati) lewat mulut sebesar 1940 mg/gr berat badan. Tanda-tanda bahwa tikus mengalami keracunan adalah diare, lemah otot, tremor dan aktivitas yang berlebihan. Sedangkan pada kucing diberikan sebesar 450 mg/gr berat badan akan memberikan efek kematian yang sama. Kematian tersebut disebabkan karena terjadi degeneratif pada liver, jantung dan paru-paru.

2.      Kadar dalam makanan atau soft drink
Benzoat (acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid). Benzoat biasa diperdagangkan adalah garam natrium benzoat, dengan ciri-ciri berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar (Sediadi, A dan Esti, 2000). Natrium benzoat merupakan zat tambahan (eksipien) yang digunakan sebagai pengawet. Produsen sediaan farmasi oral (yang dimakan) biasa menggunakannya. Natrium benzoat memiliki ambang batas penggunaan 600 mg/l (Anonim, 2006).
Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa tumbuhan. Dan sering digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk mengawetkan makanan. Penambahan ini menghasilkan dalam penurunan kapasitas buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin (Mroz et al., 2000). Batas atas benzoat yang diijinkan dalam makanan 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5% (Ibekwe et al., 2007).
Misalnya saja pada saos yang sering kita gunakan dalam campuran makanan. Kecap dan saos adalah termasuk penyedap makanan yang sangat digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat kampus. Ini terjadi sebab warga kampus banyak yang mengkonsumsi makanan jajanan seperti cilok, bakso dan mie ayam. Penggunaan natrium benzoat dalam produk saus dan kecap, telah ditentukan batasannya oleh pemerintah, maksimal 600 mg/kg untuk produk kecap, sementara untuk aneka saus maksimal 1.000 mg/kg (Vardhana, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya penambahan Natrium benzoat yang berlebihan pada pedagang dan warung di sekitar kampus III UMM dan untuk mengetahui pengaruh penambahan Natrium benzoat terhadap kualitas saos dan kecap.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2008 sampai dengan Februari 2009 di Laboratorium THP Universitas Muhammadiyah Malang. Metode penelitian menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 kali ulangan. Teknik pengambilan sampel dengan metode pengambilan secara sengaja (purposive sampling) pada 6 (enam) dari 32 pedagang dan warung sekitar kampus III Universitas Muhammadiyah Malang. Parameter yang diamati ialah kadar air, nilai pH, intensitas warna, vitamin C, identifikasi kandungan natrium benzoat dan penentuan kadarnya.
Hasil dari analisa laboratorium menunjukkan bahwa dari 6 pedagang dan warung sebagai sampel yang memakai kecap dan saos sebagai penyedap makanan, semuanya (100%) mengandung zat pengawet natrium benzoat yang melebihi ambang batas (yaitu maksimal 600mg/kg untuk produk kecap, dan saus maksimal 1.000 mg/kg). Kandungan natrium benzoat pada saos berkisar antara 38964,739 sampai 159934,178 mg/kg, sedangkan pada kecap antara 101636,986 sampai 326614,595 mg/kg. Untuk intensitas warna saos tingkat kecerahan (L) yaitu 34,9 sampai 46,0 sedangkan untuk kecap yaitu 25,9 sampai 27,0. Untuk tingkat kemerahan (a+) saos berkisaran antara 7,0 sampai 20,4; sedangkan untuk kecap yaitu 0,1 sampai 0,3. Untuk tingkat kekuningan (b+) saos berkisar antara 8,1 hingga 21,1; sedangkan untuk kecap antara 1,4 sampai 8,0.

3.        Mengapa Minuman Diawetkan?
Produk minuman diawetkan karena daya tahannya sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan diawetkan, minuman bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Secara umum, cara mengawetkan minuman dibagi dua, pertama menggunakan teknologi dan penambahan bahan pengawet, teknologi pengawetan yang biasa digunakan antara lain pengeringan, refrigerasi, pengalengan, dan pasteurisasi. Cara kedua dengan menambahkan bahan pengawet. Bahan pengawet minuman adalah zat yang sengaja ditambahkan ke dalam minuman dengan fungsi menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi minuman.
Jenis-jenis Bahan Pengawet Minuman
Bahan pengawet minuman dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengawet alami dan pengawet buatan. Bahan pengawet yang banyak digunakan dalam produk minuman adalah bahan pengawet buatan. Contohnya, natrium benzoat dan kalium sorbat. Kedua zat tersebut digunakan karena dapat mencegah pertumbuhan jamur. Natrium benzoate banyak digunakan untuk mengawetkan berbagai produk makanan dan minuman, seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, sambal, saus salad, saus tomat, selai, dan sirop buah. Adapun kalium sorbet  banyak dimanfaatkan dalam berbagai produk makanan dan minuman, seperti air soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega, minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan yang difermentasi, roti, saos selada, susu,dan yoghurt.
Adapun bahan pengawet alami belum banyak yang memanfaatkan karena ketersediaan yang masih terbatas. Bahan pengawet alami yang biasa digunakan antara lain gula dan garam. Akhir-akhir ini, gel lidah buaya dan kitosan juga mulai banyak dicoba.

Aman atau Berbahaya
Secara garis besar, bahan pengawet dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Garam, gula, asam cuka, dan bahan pengawet alami lainnya tergolong jenis GRAS. Kedua, ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen. Natrium benzoat, kalium sorbat, dan kebanyakan bahan-bahan pengawet buatan lainnya tergolong bahan pengawet jenis ADI. Ketiga, zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya, seperti boraks, formalin, dan rhodamin B.
Bahan pengawet dapat menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh penderita penyakit tertentu atau digunakan secara berlebihan. Natrium benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma. Senyawa benzoat secara alami terdapat pada apel, cengkeh, dan kayu manis.
Menurut laporan International Programme on Chemical Safety, tidak ditemukan adanya dampak natrium benzoat terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Batasan yang ditentukan untuk natrium benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena sifatnya yang dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut jika jumlahnya melebihi 0.1%.
Jadi, boleh-boleh saja natrium benzoat ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, asalkan tidak berlebihan alias tidak melebihi dosis yang ditetapkan. Bagaimana dengan kalium sorbat? Sama dengan natrium benzoat, kalium sorbat aman digunakan asalkan tidak berlebihan. Dosis konsumsi kalium sorbat sebesar 25 mg/kg berat badan.  
Walaupun penggunaan bahan pengawet buatan diperbolehkan, tetapi kita tetap perlu berhati-hati ketika mengkonsumsi produk minuman dalam kemasan. Pertama, pastikan minuman tidak mengandung bahan pengawet yang berbahaya dan dilarang. Ingat! Jangan pernah mengonsumsi minuman yang tidak mencantumkan kandungan bahan di kemasannya. Kedua, jangan berlebihan dalam mengosumsinya.  



4.      Proses pembuatan pasta gigi yang mengandung Natrium Benzoat
Cara Pembuatan Odol (Pasta Gigi)
Bahan baku pasta gigi tersusun atas :
1. Bahan polishing ( penggosok), merupakan salah satu bahan terpenting untuk menghilangkan partikel-partikel sisa makanan yang menempel pada gigi. Bahan yang sering digunakan diantaranya Aluminium fosfat.
2. Bahan foaming ( pembusa ), berfungsi untuk membantu aksi bahan polishig dengan membasahi gigi dan partikel makanan yang tertinggal pada gigi dan juga berfungsi mengemulsikan lendir dimulut. Bahan pembusa yang digunakan SLS ( sodium lauryl sulfonate ) dengan nama dagang texapon, emal dll.
3. Bahan moistener ( pelembab ), berfungsi untuk mencegah pengeringan dan pengerasan pada pasta gigi. Bahan yang sering digunakan diantaranya Gliserin , Propylene glikol dll.
4. Bahan pengikat, berfungsi untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan pada pasta gigi. Bahan yang digunakan diantaranya sodium alginat.
5. Bahan pemanis, berfungsi untuk menberikan rasa manis pada pasta gigi. Bahan yang digunakan diantaranya sakarin.
6. Bahan pemberi rasa, berfungsi untuk memberikan aroma dan rasa pada pasta dan menghindari rasa eneg atau mual. Disamping itu juga untuk menambah kesegaran pasta gigi. Bahan yang digunakan minyak peppermint.
7. Bahan pengawet, berfungsi untuk menjaga struktur fisik, kimiawi dan biologi pasta gigi. Bahan ini haruslah tidak bersifat toksik. Bahan pengawet yang digunakan sodium benzoat.
8. Bahan flouride, merupakan salah satu zat yang berfungsi untuk pertumbuhan dan kesehatan gigi, melapisi struktur gigi dan ketahanannya terhadap proses pambusukan serta pemicu mineralisasi. flournya memberikan efek deterjen dan unsur kimianya mengeraskan lapisan email gigi. Flouride yang banyak digunakan adalah salah satunya sodium flouride ( NaF ). Pemberian flouride untuk pasta gigi dianjurkan 0,05% – 0,08%, karena kelebihan pemberian flouride akan mengakibatkan merusak kesehatan. Penulis menganjurkan dalam pembuatan pasta gigi tanpa flouride sih tak apa-apa.

Komposisi pembuatan pasta gigi
1. Alumium fosfat maksimal
2. Texapon 3%
3. Gliserin (15 – 20)%
4. Sodium alginat 25%
5. Sakarin secukupnya
6. Minyak peppermint secukupnya
7. Sodium benzoat 0,1%
8. Sodium flouride
9. Air Secukupnya
Peralatan yang dibutuhkan: wadah dan pengaduk kayu

Cara membuat pasta gigi
1. Sodium alginat + gliserin diaduk rata
2. (1) + Texapon diaduk rata
3. Air + Sodium benzoat aduk rata
4. (3) dicampur ke (2) aduk rata + NaF
5. (4) + Pemanis aduk rata
6. (5) + Aluminium fosfat aduk rata
7. (6) + Minyak peppermint aduk rata
8. Siap dikemas

5. Apakah smua bahan pengawet berbahaya?
Secara garis besar, pengawet dibedakan menjadi dua kelas: food grade dan non-food grade. Contoh paling gampang dari kelas food grade adalah dua pengawet yang bulan Desember 2006 diributkan, yaitu natrium benzoat dan kalium sorbat. Sementara contoh pengawet kelas non-food grade adalah formalin dan boraks, yang diributkan lebih dulu.
Selain keempat contoh pengawet di atas, sebetulnya masih banyak lagi jenis pengawet lainnya. Dari golongan pengawet food grade, masih ada propionat, sulfur dioksida, bisulfit, metabisulfit, nitrat, nitrit, dan parahidroksi benzoat. Sementara dari kelas non-food grade masih ada nitrofurazon, salisilat, dietilpirokarbonat, klorat, dan dulcin. Nama-nama ini mungkin terdengar asing bagi kebanyakan orang awam karena memang jarang disebut-sebut di televisi.
Dalam ilmu pangan, pengawet golongan pertama (yang aman dipakai), biasa digolongkan sebagai generally recognized as safe (GRAS). Dalam bahasa sehari-hari, jenis pengawet ini kadang disebut sebagai pengawet makanan yang diizinkan. Sedangkan kelompok kedua disebut pengawet makanan yang tidak diizinkan.
Sesuai kelompoknya, pengawet non-food grade sama sekali tidak boleh digunakan di dalam makanan dan minuman. Apa pun tujuannya, tahu tak boleh mengandung formalin, bakso tak boleh berisi boraks. Yang boleh dipakai hanya pengawet food grade. Itu pun harus mengikuti aturan tentang takaran maksimal.
Sebagai contoh, dosis maksimal benzoat 0,1%. Artinya, tiap kg produk tidak boleh mengandung asam benzoat lebih dari 1 g. "Asalkan batas maksimum ini tidak dilampaui, benzoat aman dikonsumsi," jamin Prof. Dr. Made Astawan, ahli teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor. Masalah kesehatan baru akan timbul kalau dosisnya melampaui batas maksimum ini. Pada kasus penarikan produk minuman dalam kemasan Desember 2006, tidak ada satu pun produk yang melanggar aturan ini.
Lalu siapa yang berhak mengatakan aman dan tidak?
Di tingkat dunia, otoritas tertinggi ada di tangan World Health Organization (WHO). Sejauh ini, WHO menjamin natrium benzoat dan kalium sorbat aman dikonsumsi. Tak hanya WHO, jaminan ini juga diberikan oleh lembaga-lembaga internasional lain seperti Codex Alimentarus Commission (CAC), The Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA), serta US Food and Drug Administration (FDA). Menurut Made Astawan, semua lembaga ini merupakan tempat rujukan utama dalam perkara yang menyangkut bahan tambahan pangan.
Di Indonesia, otoritas tertinggi dipegang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Pada kasus Desember lalu, Badan POM secara tegas mengeluarkan surat edaran yang menerangkan bahwa kedua jenis pengawet itu aman dikonsumsi. Keduanya sudah puluhan tahun dipakai sebagai pengawet di seluruh dunia. Kedua senyawa ini juga terdapat secara alami di dalam buah dan rempah tertentu yang biasa dikonsumsi manusia. Made Astawan memberi contoh, asam benzoat bisa ditemukan di dalam cengkih, kayumanis, dan beberapa buah berry tertentu. Itu sebabnya secara alami masakan yang kaya rempah biasanya lebih awet daripada yang tidak.
Di dalam tubuh, asam benzoat akan dimetabolisme di dalam liver. Pada organ ini, asam benzoat bereaksi dengan asam amino glisin, membentuk asam hipurat. Selanjutnya, produk asam hipurat ini dikeluarkan lewat urine. Mekanisme ini bisa mengeluarkan 66 - 95% benzoat dari dalam tubuh. Sisa benzoat yang masih tertinggal akan dimetabolisme dengan bantuan asam glukoronat. Lewat dua jalur metabolisme ini, benzoat dikeluarkan dari dalam tubuh. Sepanjang tidak ada gangguan liver, benzoat tidak akan terakumulasi. Kita dapat melihat bahan pengawet yang diijinkan dalam pangan :
Pengawet yang diijinkan dalam pangan :
No
Nama Pengawet
Penggunaan dalam Pangan
Ukuran Maksimum yang diijinkan
1
Benzoat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium benzoat)
Untukmengawetkan minuman ringan dan kecap
600 gr/kg


Sari buah, saus tomat, saus sambal, manisan, jem dan jelly
1 gr/kg
2
Propionat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium propionat)
Keju olahan
3 gr/kg
3
Nitrit dan Nitrat
Untuk mengawetkan daging olahan atau yang diawetkan seperti sosis
125 mg nirit/kg atau 500 mg nitrat/kg
4
Sorbat
Untuk mengawetkan margarin
1 gr/kg
5
Sulfit
Pekatan sari nenas
500 kg/kg

Menurut menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 pengawet yang dilarang adalah Formalin dan Boraks. Formalin sebenarnya merupakan pengawet yang digunakan untuk mengawetkan mayat dan organ tubuh yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
















BAB III PENGETAHUAN BAHAN KIMIA

1.       Informasi Produk
}     Nama produk : Sodium Benzoat EMPROVE ®Ph Eur,BP,NF,FCC,E 211
}     Nama dagang : Natrium Benzoat
}    
Sodium Salt
Nama lain Sodium Benzoat :

Benzoic Acid
Sodium Benzoic Acid
Benzoate Sodium
Antimol
 





}     No katalog : 106290
}     No. Cas : 532-32-1

FORMULA HILL
C7H5NaO2
Indentifikasi Bahan
C6H5COONa
FORMULA KIMIA
 


   
RUMUS BANGUN
 


2.      Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk                                    : Padat
Warna                          : Putih
Bau                              : Tidak berbau
Nilai pH          pada 100g/1 H2O (20 )           :  9
Titik Lebur                  : 410 – 430 C
Titik Didih                              : Tidak dapat di aplikasikan
Suhu Penyalaan                       :  500 C
Titik Nyala                                          :  100 C
Batas Ledakan            Lebih rendah          : Tidak dapat diaplikasikan
 Lebih tinggi            : Tidak dapat diaplikasikan
Tekanan Uap               : Tidak dapat diaplikasikan
Densitas                      : 1.44 g/cm3
Densitas bagian terbesar         :  350 kg/m3
Kelarutan dalam air (20 )        : 660 g/l
Log Pow                                 : - 2.27 (dihitung)

Mudah larut dalam air dingin, air panas, Inkompatibel : asam, alkali, dan zat pengoksidasi kuat



3.      Stabilitas dan Reaktifitas
Stabilitas :
 stabil pada suhu kamar
Raektifitas  dan Bahan yang harus di hindari yaitu zat pengoksidasi kuat

4.      Informasi Toksikologi

Gejala khusus pada hewan percobaan : uji iritasi pada mata (kelinci) : Tidak iritasi (MSDS eksternal).
Uji iritasi pada kulit (kelinci) : Tidak iritasi (MSDS eksternal).



5.      Informasi Ekologi dan Disposal
WGK 1 : Zat yang sedikit mencemari air
Disposal 3: reagen organik yang relatif tidak reaktif harus dikumpulkan dalam wadah A. Jika halogenasi, mereka harus dikumpulkan dalam wadah B. Untuk residu padat gunakan wadah C.

Pertimbangan pembuangan :
*        Produk : bahan kimia diatur sesuai dengan peraturan nasional masing-masing. Pada www.retrologistik.de anda akan menemukan informasi spesifik mengenai negara dan bahan serta patner kontak.
*        Pengemasan : kemasan produk Merck harus dibuang sesuai peraturan spesifik negara atau harus melewati sistem pengembalian kemasan.
6.      APD dan Pertolongan Pertama
*                  Alat Pelindung Diri:
a.                   Pernapasan : diperlukan masker ketika debu dihasilkan. Filter P3 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair bahan toksik dan sangat toksik.
b.                   Mata : gunakan kacamata dan perisai muka
c.                   Kulit : menggunakan sarung tangan yang harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan standar gabungan d EN374.
Dengan kontak penuh :
               Bahan sarung tangan   : karet nitrile
               Ketebalan lapisan                    : 0.11 mm
               Waktu terobosan                     : > 480 Min.
Pada saat terkena percikan :
               Bahan sarung tangan   : karet nitrile
               Ketebalan lapisan                    : 0.11 mm
               Waktu terobosan                     : > 480 Min.

*             Pertolongan Pertama
a.        Setelah menghirup : hirup udara segar
b.        Setelah kontak pada kulit : cuci air yang banyak. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
c.         Setelah kontak dengan mata :bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka lebar.
d.        Setelah menelan (dalam jumlah besar) : konsultasikan dengan dokter jika merasa tidak sehat.

7.      Penanganan dan Penyimpanan
a.        Penanganan: Cuci bersih setelah penanganan. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Minimalkan debu generasi dan akumulasi. Hindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian. Hindari proses menelan dan pernafasan.
b.        Penyimpanan: Simpan dalam wadah tertutup rapat, simpan di tempat yang sejuk, kering, berventilasi baik jauh dari sumber nyala pada suhu 5 – 30

8.      Tindakan Pencegahan Kebakaran
a.         Media pemadaman yang cocok : air, CO2, busa, powder
ü Air
o    Mudah diperoleh dengan cepat
o    Berfungsi sebagai pendingin dan menyelimuti bahan O2 oleh uap air yang terbentuk.
o    Cocok untuk api kelas A.
ü CO2
o  Bertenaga tinggi dan dapat memadamkan api kelas A,B,C,D.
o  Gas lebih berat dari udara, dapat menutupi/menisolasi bahan dari O2.
ü Busa
o  Dispersi gas dalam cairan dan berfungsi mengisolasi bahan dari O2.
o  Cocok untuk kelas A dan B.
ü Powder
o  Bubuk halus campuran bahan kimia, Na2CO3, K2CO3, KCl, dsb yang mudah mengalir apabila disemprotkan.
o  Berfungsi melindungi bahan dari O2, radiasi panas dan menyerap radikal pembentuk reaksi berantai.
o  Cocok untuk api kelas A, B, dan D.
b.        Resiko khusus : bahaya ledakan debu. Perkembangan gas atau uap menyala yang berbahaya mungkin terjadi dalam kejadian kebakaran
c.         Peralatan perlindungan khusus untuk kebakaran : jangan tinggal di zona berbahaya tanpa melengkapi diri dengan peralatan pernapasan.



9.      Tumpahan Dan Kebocoran
a.         Tindakan pencegahan personil terkait : hindari pembentukan debu, jangan menghirup debu.
b.        Tindakan perlindungan lingkungan : jangan biarkan memasuki sistem pembuangan kotoran.
c.         Prosedur pembersihan / penyerapan : ambil dalam keadaan kering teruskan ke pembuangan.  Bersihkan area yang terkena.

10.  R dan S PRHASES
R : 36/37/38
Yaitu : menyebabkan iritasi pada mata, pernafasan, dan kulit.
S : 24/25
Yaitu : hindarkan kontak kulit dan mata.

Simbol bahaya :
      


NFPA
0
1
2
Kesehatan 2 : keterpaan intensif terus-menus berakibat serius kecuali ada pertolongan.

      Kebakaran 1 : bahan yang dapat dibakar tetapi memerlukan pemanasan sebelum bahan dapat dibakar.
Reaktivitas 0 : stabil, tidak reaktif meskipun terkena panas atau suhu tinggi.








 

BAB IV PENUTUP

A.    Kesimpulan

Natrium Benzoat (C7H5NaO2) adalah bahan pengawet yang sering digunakan dalam pembuatan makanan ataupun minuman yang bersoda. Asam Benzoat akan dimetabolisme di dalam liver. Pada organ kita, asam benzoat bereaksi dengan asam amino glisin, membentuk asam hipurat. Selanjutnya, produk asam hipurat ini dikeluarkan lewat urine. Mekanisme ini bisa mengeluarkan 66 - 95% benzoat dari dalam tubuh. Sisa benzoat yang masih tertinggal akan dimetabolisme dengan bantuan asam glukoronat. Lewat dua jalur metabolisme ini, benzoat dikeluarkan dari dalam tubuh. Sepanjang tidak ada gangguan liver, benzoat tidak akan terakumulasi. Kenapa Natrium Benzoat masih diperbolehkan karena efeknya itu dalam jangka panjang yang terakumulasikan terus-menerus.


B.     Saran

Agar Natrium Benzoat (C7H5NaO2) ini tidak digunakan lagi dalam produk makanan maupun di minuman bersoda. Seperti halnya Amerika Serikat yang sudah tidak memperbolehkan Natrium Benzoat (C7H5NaO2)  ini dalam makanan ataupun minuman.














DAFTAR PUSTAKA
CHEMDAT


















LAMPIRAN